Bandar Lampung (terdidik.id) — Kecil-kecil cabe rawit, begitu mungkin kalimat yang tepat bagi Zaskya Franita Risky, warga Palembang, Sumatera Selatan yang sudah menjadi mahasiswa di usia 16 tahun. Padahal anak seusia Zaskya biasanya baru duduk di bangku kelas 11 SMA sederajat.
Dia baru saja menjadi mahasiswa termuda di Institut Teknologi Sumatera (Itera). Remaja kelahiran 11 Juli 2009 itu diterima pada jurusan Teknik Biomedik melalui Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).
Bahkan saat mengikuti seleksi, Zaskya masih berusia 15 tahun. “Pas ikut tes masih usia 15 tahun, sekarang 16 tahun 1 bulan,” ungkapnya saat diwawancarai di Itera, Senin, 11 Agustus 2025.
Dia menceritakan, sejak sekolah dasar dia memang sudah masuk lebih muda dibanding yang lain. Hal itu bermula karena ‘fomo’ melihat sepupunya yang lebih tua sudah masuk SD. Karena ada kemauan yang kuat, akhir orang tuanya mendaftarkan Zaskya ke SD IT.
“Saat masuk SD saya masih 4 tahun, masuk SD IT di Palembang,” kata dia usai mengikuti Sidang Penerimaan Mahasiswa Baru di Pelataran Labtek OZT.
Di pertengahan masa sekolah, Zaskya sempat ingin berhenti sekolah karena sepupunya pindah sekolah. Namun tak disangka, setelah menjalani masa sekolah hingga habis semester, wanita berkaca mata itu bisa mendapatkan ranking 1 di kelas.
Prestasi tersebut membuat orang tuanya kembali mendorong Zaskya untuk melanjutkan sekolah.
“Sebenernya dulu sempat minta berhenti karena sodara saya itu pindah, tapi ternyata saya dapat rangking 1 jadi disemangati untuk terus saja,” ujarnya.
Kemudian, Zaskya juga mengikuti program akselerasi ketika sekolah di MAN 3 Palembang, sehingga dia hanya menjalani masa belajar selama 2 tahun.
“Pas sekolah di MAN 3 Palembang juga saya ikut program akselerasi jadi lompat langsung ke kelas 3,” ucapnya.
Masuk jurusan Teknik Biomedik Itera merupakan pilihannya sendiri. Namun karena didorong untuk daftar di Fakultas Kedokteran Universitas Bangka Belitung, Itera menjadi pilihan kedua saat daftar SNBT.
Ada pengalaman lucu yang dialaminya dalam proses daftar ulang. Setelah dinyatakan lolos seleksi, calon mahasiswa diminta melengkapi berkas dikumpulkan secara langsung termasuk KTP. Sementara itu, Zaskya yang belum genap 16 tahun belum memiliki KTP.
Hal itu sempat membuatnya bingung, namun akhirnya mendapatkan solusi dari kampus. Zaskya hanya diminta mengumpulkan keterangan domisili dari tempat tinggal asalnya sebagai pengganti KTP.
“Jadi saya kembali ke Palembang untuk meminta keterangan domisili dari kelurahan tempat saya tinggal sebagai pengganti KTP,” tutupnya.(**)