Nihil Data, Cacingan Jadi Ancaman Serius Anak Indonesia

Humaniora, Laporan5 Dilihat

Bandar Lampung (terdidik.id) — Peristiwa meninggalnya Raya (4) akibat infeksi cacing Juli lalu menjadi tamparan keras bagi dunia kesehatan di Indonesia. Bocah asal Sukabumi, Jawa Barat itu meninggal dengan ditemukan cacing gelang ditubuhnya.

Ketua IDI Lampung, dr Josi Harnos, MARS. menegaskan, peristiwa yang menimpah Raya harus menjadi pelajaran semua pihak. Menurutnya, kejadian itu menuntut pemerintah dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

“Peristiwa di Jawa Barat membuka mata semua pihak baik dari pemerintah atau pun dari masyarakat, masalah kesehatan ini harus ditangani bersama,” tegasnya, Selasa, 26 Agustus 2025.

Menurutnya selama ini pemerintah telah memiliki program pencegahan cacingan dengan pemberian obat cacing. Namun program itu mungkin tidak maksimal disosialisasikan, sehingga capaian program itu tidak maksimal.

Hal tersebut didukung dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap infeksi cacing. Padahal untuk mencegah infeksi itu terjadi bisa dengan mengonsumsi obat cacing rutin enam bulan sekali.

“Pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan obat cacing, masyarakat bisa mendapatkannya melalui Posyandu atau pun Puskesmas,” kata dia.

Selain itu, Josi juga mengajak masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam aktivitas sehari-hari. Menurutnya PHBS menjadi kunci dalam pencegahan terjadi cacingan terlebih bagi anak.

“Kuncinya adalah PHBS dan ditambah konsumsi obat cacing enam bulan sekali seperti yang sudah dianjurkan pemerintah,” ujarnya.

Pemerintah tak Punya Data Prevalensi Cacingan

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mengakui tidak memiliki data prevalensi atau jumlah kasus infeksi cacing. Hal tersebut karena tidak pernah dilakukan pendataan untuk mencatat jumlah kasus cacingan.

Menurut Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Lusi Darmayanti, bukan hanya Provinsi Lampung yang tidak memiliki data cacingan. Dia mengatakan semua provinsi di Indonesia selama ini tidak memiliki data infeksi cacing.

Saat ini pihaknya baru memulai pendataan usai ada arahan dari Kementerian Kesehatan melalui Tim Kerja Neglected Tropis Disease. Pendataan dilakukan secara online jika ditemukan warga dengan keluhan cacing atau ditemukan telur cacing.

“Pada saat ini Kementerian Kesehatan melalui Tim Kerja Neglected Tropis Disease baru saja memberikan form pengisian data secara online apabila terdapat pasien (anak, remaja, dewasa) dengan keluhan keluar cacing atau ditemukan telur cacing dari hasil laboratorium,” paparnya.

Dia meminta kepada masyarakat untuk melaporkan ke petugas atau fasilitas kesehatan jika ada anggota keluarganya yang memiliki ciri-ciri infeksi cacingan. Selain untuk pendataan, hal tersebut penting agar pasien bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Walaupun tidak memiliki data, namun dia mengklaim pemerintah tetap melakukan upaya pencegahan dengan pemberian obat cacing. Obat diberikan secara gratis melalui fasilitas layanan kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu.

“Sebagai upaya pencegahan Pemprov Lampung dilakukan melalui pelaksanaan pemberian obat pencegahan massal (POPM) untuk anak usia 1-12 tahun,” tambahnya.

Penyebab Cacingan

Lusi Darmayanti menjelaskan, penyebab utama kecacingan pada manusia adalah masuknya telur atau larva cacing ke dalam tubuh manusia. Jenis cacing penyebab kecacingan yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus).

Dia menjelaskan infeksi kecacingan terjadi akibat kurangnya menjaga keberhasihan tubuh. Salah satu yang kerap dianggap remeh adalah kuku panjang, padahal jika kotor bisa tempat menempelnya telur cacing.

“Bisa juga karena konsumsi makanan tau minuman yang terkontaminasi telur cacing akibat tidak dicuci,” jelasnya.

Kemudian prilaku buang air besar sembarangan (BABS) juga meningkatkan potensi mengalami infeksi cacing. Sebab tanah atau air yang tercemar tinja meski tidak secara langsung, pasti mengandung telur cacing.

Lalu kurangnya kesadaran prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan akses sanitasi yang kurang memadai juga bisa meningkatkan potensi infeksi cacing. Terlebih jika seseorang orang tinggal di lingkungan padat dan sistem sanitasi yang buruk.

“Kurangnya akses sanitasi dan kesadaran perilaku hidup bersih sehat juga menjadi penyebab terjadinya cacingan khususnya pada anak,” katanya.

Dia menambahkan, penyebab yang kerap tak disadari masyarakat adalah kebiasaan tidak menggunakan alas kaki kegiatan beraktifitas di luar rumah. Meski tak terlihat dan ukurannya kecil, dia menegaskan larva cacing bisa menembus kulit manusia.

“Larva cacing tambang bisa menembus kulit telapak kaki dari tanah yang tercemar, jadi kalau beraktivitas tak menggunakan alas kaki ada kemungkinan terinfeksi,” tambahnya.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *