Workshop Menulis Cerita Anak Awali Rangkaian Festival Literasi Kaliptra 2025

Humaniora47 Dilihat

Lampung Timur (terdidik.id) — Teras Baca Kaliptra menggelar Workshop Menulis Cerita Anak sebagai pembuka rangkaian Festival Literasi Kaliptra 2025 di Balai Desa Jaya Asri, Minggu (28/9/2025). Festival ini mengusung tema “Polinasi Literasi: Membangun Peradaban dari Desa” dan dibuka oleh Kabid Pelayanan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Lampung Timur, Desi Kurnilia.

Kegiatan yang mendapat dukungan Bantuan Pemerintah (Bapem) 2025 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen ini menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali tradisi menulis dan membaca di tengah masyarakat pedesaan.

Menurut Desi Kurnilia, workshop menulis cerita anak bukan hanya melatih keterampilan menulis, tetapi juga memantik minat membaca. “Seseorang yang senang menulis pasti juga rajin membaca. Inilah yang ingin kita dorong agar literasi benar-benar tumbuh dari desa,” ujarnya.

Pengurus Wilayah Forum TBM Lampung, Hadi, menambahkan bahwa tema festival kali ini cukup dalam. Ia menilai menulis cerita anak sangat relevan dengan upaya menanamkan nilai literasi kepada generasi muda.

Ketua Teras Baca Kaliptra, Imam Susanto, menjelaskan festival ini terdiri dari tiga rangkaian kegiatan. Workshop menulis cerita anak menjadi langkah pertama yang harus diseriusi peserta.

“Momentum seperti ini jarang terjadi, sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin,” tegasnya.

Festival ini dihadiri oleh komunitas literasi, Forum TBM Provinsi Lampung, perangkat desa, hingga para pendidik. Kehadiran aktif masyarakat menunjukkan bahwa literasi bisa menjadi gerakan bersama.

Harapannya, Festival Literasi Kaliptra mampu menjadi pemantik munculnya komunitas literasi baru di Metro Kibang dan sekitarnya, serta memperkuat budaya baca-tulis di Lampung.

Festival Literasi Kaliptra turut dihadiri komunitas literasi, Forum Wilayah TBM Provinsi Lampung, perangkat desa, serta berbagai penggiat literasi. Kehadiran masyarakat, pendidik, dan pegiat literasi semakin menguatkan semangat kebersamaan dalam menghidupkan budaya baca-tulis.

Imam juga berharap, festival ini dapat menjadi pemantik lahirnya gerakan literasi baru di Desa Jaya Asri dan Kecamatan Metro Kibang. Dengan metode yang tepat dan dukungan komunitas, akar budaya membaca dan menulis diyakini bisa tumbuh kembali di tengah masyarakat.

Tantangan Literasi di Indonesia dan Lampung

Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam hal minat baca. Data UNESCO menyebutkan indeks minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, yaitu hanya 0,001 persen, artinya dari 1.000 orang hanya satu yang gemar membaca.

Di pedesaan, akses terhadap bahan bacaan dan kegiatan literasi masih terbatas. Karena itu, kehadiran festival literasi seperti di Jaya Asri menjadi penting sebagai ruang berkumpulnya masyarakat, pendidik, dan pegiat literasi untuk menumbuhkan minat baca sejak dini.(Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *